03 Januari 2010

Islam dan Pendidikan.

Pada dasarnya, sistem pendidikan Islam didasarkan pada sebuah kesadaran bahwa setiap Muslim wajib menuntut ilmu dan tidak boleh mengabaikannya. Rasulullah saw telah bersabda: "Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap Muslim." (HR. Ibnu Adi dan Baihaqi).

Sabda Rasulullah saw di atas menggambarkan bahwa umat Islam adalah umat yang mencintai ilmu pengetahuan. Banyak nash al-Qur'an maupun hadits Nabi yang menyebutkan juga keutamaan mencari ilmu dan orang-orang yang berilmu. Allah Swt antara lain berfirman: "Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat." (TQS al-Mujadalah [58]: 11). Nabi saw juga antara lain bersabda:

"Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalan baginya untuk menuju surga." (HR. Muslim dan at-Turmudzi).


Motivasi Mencari Ilmu
Kata ilman yang berasal dari bahasa Arab bersifat nakirah (umum), artinya mencakup segala macam ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, tidak ada larangan dalam Islam untuk mempelajari pengetahuan apapun selama tidak bertentangan dengan aqidah Islam. (lihat: Sistem Pendidikan di Masa Khilafah, Dr. Abdurrahman al-Baghdadi).

Sesungguhnya motivasi seorang Muslim untuk mencari ilmu adalah dorongan ruhiyah, bukan untuk mengejar faktor duniawi semata. Seorang Muslim yang giat belajar karena terdorong oleh keimanannya, bahwa Allah Swt sangat cinta dan memuliakan orang-orang yang mencari ilmu dan berilmu di dunia dan di akhirat.

Hal itulah yang tampak jelas pada kehidupan generasi para sahabat, tabi'in serta tabi' at-tabi'in. Ketika Imam Syafi'i rahimahullah ditanya orang tentang ikhtiarnya dalam mencari ilmu, ia menjawab, "Seperti seorang perempuan yang kehilangan anaknya, padahal ia tidak mempunyai anak selainnya." (KH. Moenawar Chalil, Biografi Empat Serangkai Imam Madzhab).

Dengan demikian, seorang Muslim yang tidak meluangkan waktunya untuk mencari ilmu telah berdosa (karena menuntut ilmu adalah wajib, sama seperti kewajiban menegakkan sholat dan ibadah lainnya), dan secara pasti ia telah menutup diri dari kemuliaan yang akan dilimpahkan Allah Swt kepadanya.

Pendidikan Dalam Lintasan Sejarah Islam
Pengelolaan pendidikan dalam lintasan sejarah Islam telah dimulai oleh Rasulullah saw dan para Khulafa ar-Rasyidin. Rasulullah saw misalnya telah menjadikan mengajar baca-tulis bagi 10 orang penduduk Madinah sebagai syarat pembebasan bagi setiap tawanan perang Badar. Harta tebusan tawanan perang adalah milik Baitul Mal (kas negara). Dalam hal ini, ternyata Rasulullah saw menjadikannya sebagai 'anggaran' bagi pendidikan masyarakat.

Hal serupa dilakukan pula pada masa Khalifah Umar ibn al-Khaththab ra. Beliau menugaskan tiga orang guru untuk mengajar penduduk kota Madinah baca-tulis, dengan gaji yang dikeluarkan dari Baitul Mal. Dan gaji yang diberikan kepada ketiga orang guru tersebut untuk setiap orangnya adalah 15 dinar setiap bulannya (1 dinar = 4,25 gram emas).

Para khalifah sepeninggal Khulafa ar-Rasyidin juga dikenal sebagai negarawan yang amat menghargai orang-orang yang berilmu. Pada masa al-Makmun (Khalifah dari Bani Abbasiyah), misalnya, berdiri lembaga ilmiah pertama di dunia yang dinamakan Darul Hikmah. Kemudian didirikan pula lembaga ilmiah yang kedua yang diberi nama dengan Lembaga Ilmiah an-Nizhamiah. Tiga abad berikutnya, di kota Baghdad didirikan pula lembaga pendidikan lain bernama al-Mustansiriyah. Lembaga ini dibangun oleh Khalifah al-Mustansir al-'Abasi pada tahun 640 H. Lembaga ini memiliki keistimewaan dengan adanya rumah sakit untuk mata kuliah kedokteran.

Lembaga-lembaga pendidikan lainnya juga banyak tersebar di negeri-negeri Islam. Nama-nama yang masyhur dalam sejarah Islam dijumpai di kawasan Siria, Mesir, Baghdad, Mosul, Damaskus, dan daerah lainnya. Di siria terdapat nama-nama ar-Rasyidiah, al-Aminiyah, at-Tarkhaniyah, al-Khatuniyah, dan as-Syarifiyah. Di Mesir terdapat an-Nasiriyah dan as-Salahiyah. Tidak lama setelah itu, juga dibangun perguruan tinggi terkenal yaitu al-Azhar.

Model lembaga pendidikan terpadu seperti an-Nizhamiyah diikuti dengan pembangunan lembaga-lembaga pendidikan sejenis di kota-kota lain. Di Baghdad saja akhirnya terdapat 30 buah lembaga pendidikan sejenis an-Nizhamiyah. Di Damaskus 20 buah, di Iskandariyah (wilayah Mesir) 30 buah, dan di Mosul 6 buah. Hal yang sama bisa dijumpai di kota-kota seperti Kairo, Nishapur, Samarkand, Isfahan, Merv, Bulkh (Bactres), Aleppo, Ghazni, Lahore dan yang lainnya.

Di kawasan Andalusia (daerah Spanyol), yang pernah menjadi pusat pemerintahan Islam, juga banyak dibangun banyak perguruan tinggi terkenal seperti Universitas Cordoba, Sevilla, Malaga, Granada dan yang lainnya. Orang-orang Eropa yang pertama kali belajar sains dan ilmu pengetahuan banyak tertarik untuk belajar di berbagai perguruan tinggi di Andalusia. Sehingga, lahirlah kemudian murid-murid yang menjadi para pemikir dan filosof terkenal Eropa. Sejak itu, dimulailah zaman Renaissance-nya Eropa. Perguruan tinggi Oxford dan Cambridge di Inggris merupakan tiruan dari lembaga pendidikan di daerah Andalusia yang menggabungkan pendidikan, pusat riset, dan perpustakaan.

Di samping lembaga pendidikan, sepanjang sejarahnya, Daulah Islam menaruh kepedulian yang luar biasa terhadap keberadaan perpustakaan dan menganggapnya sebagai sarana umum yang harus disediakan bagi kepentingan rakyatnya.

Di antara banyaknya perpustakaan, yang ternama di masa pemerintahan Islam antara lain adalah perpustakaan Mosul yang didirikan oleh Ja'far ibn Muhammad (wafat tahun 940 M). Para pelajar dan ulama yang mengunjungi perpustakaan ini dapat membaca dan menyalin berbagai manuskrip yang tersedia. Kertas dan alat tulis dapat diperoleh tanpa dipungut biaya. Diperpustakaan lainnya bahkan disediakan tunjangan bagi para pengunjung perpustakaan yang secara reguler mendatanginya. Pinjaman-pinjaman buku maupun manuskrip ke luar perpustakaan adalah hal lazim saat itu. Salah seorang ulama, Yakut ar-Rumi, pernah memuji para petugas perpustakaan di kota Merv, karena mereka mengizinkannya meminjam dan membawa sebanyak 200 buku, tanpa jaminan apapun.

Di Andalusia terdapat sekitar 20 perpustakaan umum. Di antaranya yang terkenal adalah Perpustakaan Umum Cordova, yang pada abad ke-10 M saja telah mempunyai koleksi 400 ribu judul buku. Ini termasuk jumlah yang luar biasa untuk ukuran pada zaman itu. Menurut Catholique Encyclopedia, perpustakaan Gereja Canterbury yang terbilang perpustakaan yang paling lengkap di Eropa saat itu, hanya memiliki 1800 judul buku. Itu pada abad ke-14 M. Jumlah itu belum seberapa jika dibandingkan dengan perpustakaan Darul Hikmah, Kairo, yang memiliki koleksi 2 (dua) juta judul buku. Perpustakaan Umum Tripoli di daerah Syam yang dibakar oleh Pasukan Salib Eropa, memilki kurang-lebih 3 (tiga) juta judul buku, termasuk 50.000 eksemplar al-Qur'an dan tafsirnya. Perpustakaan al-Hakim di Andalusia menyimpan buku-bukunya di dalam 40 ruangan. Setiap ruangan berisi sekitar 18.000 judul buku.

Fasilitas lain yang menonjol adalah tempat penginapan bagi para guru dan pelajar. Tempat-tempat ini dikenal dengan berbagai sebutan, yaitu; ruaq, rubath, atau tikiyah. Mereka yang tinggal di tempat-tempat pemondokan tidak dipungut biaya sedikitpun. Bahkan, sebahagian besar dari mereka adalah orang-orang yang memperoleh tunjangan dari negara karena kesungguhannya dalam belajar maupun yang melakukan riset.

Khalifah al-Makmun, misalnya, memberikan imbalan kepada setiap penerjemah buku dengan emas seberat buku yang diterjemahkannya. Khalifah Harun al-Rasyid memberikan imbalan 4000 dinar emas kepada setiap penghafal al-Qur'an. Dan Khalifah juga telah membentuk komisi khusus yang terdiri dari para ahli untuk mengkaji suatu ilmu tertentu seperti ekonomi, geografi, matematika, dan sebagainya.

Walhasil, dari sejak pembentukan Daulah Islam di Madinah yang dibangun oleh Rasulullah saw sampai runtuhnya pada tanggal 3 Maret 1924 pada masa Khalifah Abdul Majid II di Turki, pendidikan masyarakat sangat diperhatikan sekali. Lalu, bagaimana mungkin kaum Muslim saat ini tidak merasakan kepedihan dan kerugian yang teramat besar dengan runtuhnya Daulah Islam, yang selama berabad-abad membuktikan perhatian dan kepeduliannya yang amat besar bagi pendidikan dan kesejahteraan masyarakat?. Wallahu a'lam bi ash-shawab.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Laundry Detergent Coupons