لَقَدتَّابَ اللهعَلَىالنَّبِيِّوَالْمُهَاجِرِينَوَالأَنصَارِالَّذِينَاتَّبَعُوهُفِي سَاعَةِالْعُسْرَةِمِن بَعْدِمَا كَادَيَزِيغُقُلُوبُفَرِيقٍ مِّنْهُمْثُمَّ تَابَعَلَيْهِمْإِنَّهُ بِهِمْرَؤُوفٌرَّحِيمٌ
"Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi, orang-orang muhajirin dan orang-orang anshar, yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima taubat mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka, (Surah At-Taubah 9:117)
Asbabun Nuzul:
Imam Bukhari dan lain-lainnya meriwayatkan sebuah hadis melalui Kaab bin Malik yang menceritakan, aku belum pernah ketinggalan dalam suatu peperangan pun selalu bersama dengan Nabi saw. kecuali hanya dalam perang Badar. Dan ketika perang Tabuk diserukan, yaitu peperangan yang terakhir bagi Nabi saw. kemudian orang-orang diserukan untuk berangkat ke medan perang dan seterusnya. Di dalam hadis ini terdapat kata-kata: kemudian Allah menurunkan firman-Nya yang berkenaan dengan penerimaan tobat kami, yaitu firman-Nya, "Sesungguhnya Allah telah menerima tobat Nabi, orang-orang Muhajirin..." (Q.S. At-Taubah 117) sampai dengan firman-Nya, "Sesungguhnya Allahlah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang." (Q.S. At-Taubah 118) Dan diturunkan pula firman-Nya, "Bertakwalah kalian kepada Allah dan hendaklah kalian bersama orang-orang yang benar." (Q.S. At-Taubah 119)
Tafsir:
Ayat ini merupakan lanjutan dari ayat-ayat yang terdahulu, mengenai masalah tobat dari orang-orang yang mangkir dari perang Tabuk. Adalah menjadi suatu kebiasaan dalam Alquran untuk menghentikan suatu pembicaraan, lalu mengemukakan pembicaraan yang lain, tetapi kemudian kembali lagi membicarakan masalah yang semula. Cara semacam ini akan memberikan pengertian yang lebih mantap dan kesan lebih kuat dalam hati dan pikiran orang-orang yang mendengar atau membacanya, dan tidak membosankan. Selain itu juga ada hubungan dengan larangan tentang memohonkan ampunan bagi orang-orang musyrik yang tersebut dalam ayat yang lalu, karena dalam kedua masalah ini terdapat kesalahan yang perlu ditebus dengan bertobat, dan kekeliruan yang perlu dimintakan maaf dan ampunan dari Allah swt.
Dalam ayat ini, Allah swt. menegaskan bahwa Dia telah menerima tobat Nabi Muhammad saw. dan kaum Muhajirin serta Ansar dan orang-orang mukmin lainnya yang telah mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, yaitu saat perang Tabuk itu, karena perang Tabuk itu terjadi dalam saat kesukaran. Kesukaran tentang makanan karena saat itu musim paceklik, sehingga sebutir kurma dimakan oleh satu atau dua orang. Kesukaran tentang air, sehingga ada yang menyembelih untanya agar dapat mengambil air dari lambungnya untuk diminum, padahal unta itu amat mereka perlukan untuk pengangkutan yang di saat itu pun amat sukar, sehingga seekor unta dipakai untuk keperluan sepuluh orang. Ditambah lagi udara di waktu itu (waktu terjadi perang Tabuk) amat panas. Penerimaan tobat tersebut terjadi setelah hampir berpalingnya hati segolongan dari kaum Ansar dan Muhajirin tersebut, sehingga mereka pergi berperang itu dengan perasaan yang enggan dan berat, bahkan ada yang dengan sengaja telah mangkir dari peperangan. Tetapi kemudian Allah menerima tobat mereka setelah mereka menyadari kesalahan mereka lalu bertobat kepada Allah swt.
Pada akhir ayat ini, Allah menegaskan pula, bahwa Dia Maha Pengasih dan Penyayang kepada Nabi dan para pengikutnya. Oleh sebab itu Dia senantiasa menerima tobat orang-orang yang benar-benar bertobat kepada-Nya.
Menurut penafsiran Ibnu Abbas, yang dimaksud dengan menerima tobat Nabi oleh Allah ialah tobat yang dilakukan Nabi atas kesalahan beliau lantaran mengizinkan beberapa orang tidak ikut berperang, padahal mereka tidak mempunyai uzur yang dapat dibenarkan. Dan yang dimaksud dengan penerimaan tobat kaum Muhajirin dan Ansar ialah tobat yang mereka lakukan dari kesalahan mereka ketika mereka merasa berkeberatan untuk keluar ke medan perang, padahal mereka adalah orang-orang yang dipandang paling kuat imannya. Sebagian dari mereka mempunyai kesalahan lantaran mereka suka mendengarkan pembicaraan orang-orang munafik padahal pembicaraan itu dimaksud untuk menimbulkan fitnah di kalangan kaum Muslimin.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 117
لَقَدْ تَابَ اللَّهُ عَلَى النَّبِيِّ وَالْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ فِي سَاعَةِ الْعُسْرَةِ مِنْ بَعْدِ مَا كَادَ يَزِيغُ قُلُوبُ فَرِيقٍ مِنْهُمْ ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ إِنَّهُ بِهِمْ رَءُوفٌ رَحِيمٌ (117)
(Sesungguhnya Allah telah menerima tobat) artinya Dia menerima tobat untuk selamanya (Nabi, orang-orang Muhajirin dan orang-orang Ansar yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan) yakni sewaktu keadaan sedang sulit-sulitnya. Hal ini terjadi sewaktu perang Tabuk; sebiji buah kurma dimakan oleh dua orang, dan sepuluh orang pasukan saling bergantian menaiki satu hewan kendaraan di antara sesama mereka, dan panas pada saat itu terik sekali sehingga mereka meminum air yang ada dalam perut unta karena persediaan air habis (setelah hampir berpaling) dapat dibaca yaziighu atau taziighu, artinya cenderung (hati segolongan dari mereka) dari mengikuti Nabi kemudian mereka bermaksud untuk kembali dan tidak ikut berperang lantaran kesulitan yang sedang mereka alami pada saat itu (kemudian Allah menerima tobat mereka itu) dengan memberikan keteguhan dan kesabaran kepada mereka. (Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang).
سُوۡرَةُ التّوبَة
وَّعَلَى الثَّلٰثَةِ الَّذِيۡنَ خُلِّفُوۡا ؕ حَتّٰۤى اِذَا ضَاقَتۡ عَلَيۡهِمُ الۡاَرۡضُ بِمَا رَحُبَتۡ وَضَاقَتۡ عَلَيۡهِمۡ اَنۡفُسُهُمۡ وَظَنُّوۡۤا اَنۡ لَّا مَلۡجَاَ مِنَ اللّٰهِ اِلَّاۤ اِلَيۡهِ ؕ ثُمَّ تَابَ عَلَيۡهِمۡ لِيَتُوۡبُوۡا ؕ اِنَّ اللّٰهَ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيۡمُ ﴿۱۱۸﴾
dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat) mereka, hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa merekapun telah sempit (pula terasa) oleh mereka,, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja. Kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.(QS. 9:118)
Asbabun Nuzul:
Imam Bukhari dan lain-lainnya meriwayatkan sebuah hadis melalui Kaab bin Malik yang menceritakan, aku belum pernah ketinggalan dalam suatu peperangan pun selalu bersama dengan Nabi saw. kecuali hanya dalam perang Badar. Dan ketika perang Tabuk diserukan, yaitu peperangan yang terakhir bagi Nabi saw. kemudian orang-orang diserukan untuk berangkat ke medan perang dan seterusnya. Di dalam hadis ini terdapat kata-kata: kemudian Allah menurunkan firman-Nya yang berkenaan dengan penerimaan tobat kami, yaitu firman-Nya, "Sesungguhnya Allah telah menerima tobat Nabi, orang-orang Muhajirin..." (Q.S. At-Taubah 117) sampai dengan firman-Nya, "Sesungguhnya Allahlah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang." (Q.S. At-Taubah 118) Dan diturunkan pula firman-Nya, "Bertakwalah kalian kepada Allah dan hendaklah kalian bersama orang-orang yang benar." (Q.S. At-Taubah 119)
Tafsir:
Dalam ayat ini kembali diungkapkan hal-ihwal tiga orang di antara orang-orang mukmin yang mangkir dari perang Tabuk, yaitu Ka'ab Ibnu Malik, Hilal Ibnu Umayyah dan Murarah Ibnu Rabi'. Mereka ini semula dengan sengaja tidak ikut berperang bersama Rasulullah saw., tetapi kemudian mereka mengalami tekanan jiwa, dan merasa alam bagi mereka menjadi sempit, karena orang-orang mukmin lainnya memandang mereka sebagai orang-orang yang tidak terhormat. Dan mereka merasa yakin, bahwa hanya Allahlah tempat berlindung dari segala siksaan-Nya. Setelah datang kesadaran dan rasa penyesalan, maka tobatlah mereka kepada Allah. Maka Allah pun menerima tobat itu agar mereka tetap berada dalam keinsafan kembali kepada agama Allah dan bimbingan Rasul-Nya. Setelah telanjur melakukan pelanggaran terhadap perintah-Nya.
Pada akhir ayat ini, Allah swt. menegaskan kembali bahwa Dialah yang Maha Penerima Tobat serta Maha Pengasih kepada hamba-Nya. Dia senantiasa menerima tobat hamba-Nya yang benar-benar bertobat kepada-Nya dan mengampuni dosa serta melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya kepada mereka, walaupun mereka itu telah telanjur melakukan kesalahan yang menyebabkan mereka berhak untuk dijatuhi azab dan siksa.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 118
وَعَلَى الثَّلَاثَةِ الَّذِينَ خُلِّفُوا حَتَّى إِذَا ضَاقَتْ عَلَيْهِمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ وَضَاقَتْ عَلَيْهِمْ أَنْفُسُهُمْ وَظَنُّوا أَنْ لَا مَلْجَأَ مِنَ اللَّهِ إِلَّا إِلَيْهِ ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ لِيَتُوبُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ (118)
(Dan) Allah menerima tobat pula (terhadap tiga orang yang ditangguhkan) penerimaan tobat mereka melalui bukti yang menunjukkan hal itu (sehingga apabila bumi terasa sempit oleh mereka padahal bumi itu luas) sekalipun kenyataannya bumi itu luas lantaran mereka tidak dapat menemukan tempat yang dapat mengganti hati mereka (dan jika hati mereka pun terasa sempit pula) yakni hati mereka menjadi sempit lantaran susah dan asing disebabkan tobat mereka ditangguhkan penerimaannya sehingga hati mereka tidak gembira dan selalu tidak tenteram (serta mereka menduga) dan merasa yakin (bahwasanya) dibaca dengan takhfif, yaitu an (tidak ada tempat lari dari siksa Allah melainkan kepada-Nya saja. Kemudian Allah menerima tobat mereka) Allah memberikan taufik dan kekuatan kepada mereka untuk bertobat (agar mereka tetap dalam tobatnya. Sesungguhnya Allahlah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang).
17 Jun 2011
Terjemahan, Asbabun Nuzul & Tafsir Surah At-Taubah (9) Ayat 117 - 118
Jumaat, Jun 17, 2011
MASJID PUTRA PERDANA